JAKARTA, KOMPAS.com - Perburuan hiu juga berlangsung di Raja Ampat yang kini menjadi favorit penyelam dunia. Perburuan ini tak hanya mengancam ekosistem, tetapi juga industri pariwisata Raja Ampat.
"Perburuan hiu berlangsung di Perairan Kawe. Wilayah ini sebenarnya menjadi kawasan peremajaan hiu," ungkap Ketut Sarjana Putra, Direktur Conservation International (CI) Indonesia.
Ketut mengatakan bahwa perburuan di lokasi peremajaan lebih mengancam populasi hiu di Raja Ampat. Jumlah ikan hiu akan berkurang dengan cepat jika perburuan terus dilakukan.
"Karena di wilayah inilah hiu tumbuh. Wilayah ini yang nanti akan menyuplai hiu untuk daerah-daerah lain. Ibaratnya, ini dapurnya," ungkap Ketut saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/5/2012).
Nelayan berburu hiu untuk mendapatkan siripnya. Mereka menganggap sirip hiu mampu memberikan nilai ekonomis sangat besar. Nyatanya, nilai ekonominya kalah besar bila dibandingkan dengan nilai ekonomi saat hiu hidup.
Diperkirakan, satu ekor hiu hidup memiliki nilai ekonomi Rp 1,6 miliar dan nilai seumur hidup Rp 17,5 miliar untuk pariwisata. Hiu menjadi daya tarik Raja Ampat selain terumbu karang.
Ketut mengungkapkan, sebelumnya perburuan hiu di Raja Ampat pernah terjadi secara massif. Populasi hiu turun drastis. Kini, populasi hiu mulai pulih sehingga harus dijaga.
Ketut menuturkan bahwa pemerintah perlu mendukung pelestarian hiu di Raja Ampat dengan meningkatkan personel untuk patroli laut dan mendukung langkah pengawasan yang sudah dilakukan masyarakat lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar