Ekspedisi Kalimantan Selatan yang dilaksanakan dari 19 Nopember sampai 1 Desember 2010 yang lalu dengan KR Baruna Jaya VIII adalah kegiatan penelitian bersama antara Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI (P2O-LIPI) dan Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional (DP2M-DITJEN DIKTI-KEMDIKNAS).
Kegiatan penelitian itu bertujuan mempelajari pengaruh influks air dari Sungai Barito ke perairan Laut Jawa. Untuk mencapai tujuan itu, salah satu kegiatannya adalah melakukan pengambilan sampel sedimen di dasar laut dengan Gravity Core. Dilakukan coring di 21 stasiun di perairan Kalimantan Selatan.
Gambar 1. Gambut yang ditemukan di Stasiun 18 |
Core yang diperoleh dari 21 stasiun itu, empat diantaranya menembus lapisan endapan gambut (Gambar 1) dengan komponen kayu mangrove; dan 19 titik core menembus batulempung yang kaya konkresi oksida besi (Gambar 2).
Sebagaimana kita ketahui bahwa mangrove adalah tumbuhan pantai yang dapat membentuk ekosistem hutan mangrove; dan gambut di daerah pesisir terbentuk di tepi pantai. Dari pengetahuan ini maka ditafsirkan bahwa komponen kayu yang ditemukan di dalam core yang diperoleh dalam ekspesdisi ini adalah kayu mangrove. Selanjutnya, hadirnya konkresi oksida besi di dalam batuan menunjukkan bahwa batuan itu pernah kontak dengan udara terbuka. Dari fakta itu dapat disimpulkan bahwa batuan tersebut pernah tersingkap di permukaan dan berhubungan dengan udara.
Sebagaimana kita ketahui bahwa mangrove adalah tumbuhan pantai yang dapat membentuk ekosistem hutan mangrove; dan gambut di daerah pesisir terbentuk di tepi pantai. Dari pengetahuan ini maka ditafsirkan bahwa komponen kayu yang ditemukan di dalam core yang diperoleh dalam ekspesdisi ini adalah kayu mangrove. Selanjutnya, hadirnya konkresi oksida besi di dalam batuan menunjukkan bahwa batuan itu pernah kontak dengan udara terbuka. Dari fakta itu dapat disimpulkan bahwa batuan tersebut pernah tersingkap di permukaan dan berhubungan dengan udara.
Gambar 2. Basement yang di Stasiun 20. Warna merah adalah oksida besi yang mengindikasikan batuan itu pernah kontak dengan udara |
Analisis kedalaman posisi temuan endapan gambut tersebut memberikan petunjuk bahwa endapan gambut tersebut berada pada kedalaman 27,0 m, 41,3 m, 53,6 m dan 58,5 m dari muka laut sekarang. Angka-angka posisi kedalaman temuan gambut tersebut menunjukkan bahwa muka laut menunjukkan bahwa muka laut purba pernah berada pada posisi tersebut.
Umur dari endapan gambut tersebut belum diketahui sehingga belum dapat dikatakan kapan muka laut pernah berada pada ke-empat posisi tersebut. Namun berdasar kurva perubahan muka laut paparan Sunda dari Sathiamurthy dan Voris (2006), diperkirakan endapan gambut tersebut terbentuk pada masa akhir Deglasiasi sekitar 12.500 sampai 10.000 tahun yang lalu.
Jakarta, 10 Januari 2010.
Wahyu Budi Setyawan
LIPI (Indonesian Institute of Science)
Jakarta, 10 Januari 2010.
Wahyu Budi Setyawan
LIPI (Indonesian Institute of Science)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar